Rabu, 22 Februari 2012

PROSES DAN ANALISIS TEXTURED YARN MANUFACTURE


A.    Pengertian
Benang tekstur merupakan sebutan untuk benang filament yang diberikan proses-proses tertentu untuk mendapatkan sifat-sifat yang menyerupai benang staple. Proses-proses yang dimaksud berupa pemberian twist palsu, pemanasan dengan suhu tertentu, peregangan selama waktu tertentu, dan pemantapan. Adapun proses-proses tersebut dikenal dengan sebutan “texturing yarn” dengan jenis dan metodenya yang bermacam-macam. Benang tekstur itu sendiri pada umumnya dikenal juga dengan nama “textured yarn”.
Sebagaimana yang sudah diketahui, pembuatan benang filament dari serat buatan cenderung memiliki sifat yang sama pada masing-masing metode pemintalannya, baik itu wet spinning, dry spinning, maupun melt spinning. Benang filament cenderung licin permukaannya, kilau kenampakannya, serta mempunyai ukuran diameter benang yang ditentukan oleh lubang spinneret.
Untuk memperoleh sifat-sifat fisik yang lebih variatif seperti halnya benang staple, dilakukanlah texturing yarn untuk mendapatkan textured yarn. Sifat-sifat yang kemudian ada pada textured yarn antara lain:
1.       Bulk and cover à Kemampuan benang menggelembung dan mengempis.
2.      Stretch à Kemampuan benang untuk mulur antara 8 – 12 %.
3.      Warmth à Kemampuan benang sebagai isolator panas.
4.      Handle à Sifat subjektif yang berkaitan dengan kehalusan benang.
5.      Friction à Tingkat kekompakan benang filament ketika dijadikan kain belum cukup stabil sehingga perlu diproses texturing dengan pemberian crimp. Crimp atau pengeritingan benang filament tersebut akan menambah friksi benang dalam pembentukannya menjadi kain.


B.    Proses
Proses texturing yarn ada tiga jenis yang masing-masingnya terdiri dari beberapa metode dengan hasil textured yarn yang berbeda, yaitu:
1.       Termo-mekanik:

·         False twist
·         Stuffer box
·         Knife edge crimping
·         Gear mesh
·         Knit deknit


2.      Mekanik:
·         Air jet

·         Intermigling

3.      Cara Lainnya:
·         Biocomponent

·         Differential shrinkage
                   


C.    Analisis
Dari sekian macam metode yang ada, salah satunya yang akan dibahas di sini adalah metode “false twist”. Metode false twist tersebut merupakan bagian dari jenis texturing proses termo-mekanik.
Pada prinsipnya, proses termo-mekanik menggunakan prinsip panas dan mekanik. Benang filament dengan sifatnya yang termoplastik dipanaskan di bawah suhu transisi gelas (di bawah titik leleh benang filament). Penentuan suhu tergantung pada jenis serat buatan yang digunakan untuk membuat benang filament. Setelah pemanasan, benang filament kemudian diubah menjadi lebih tipis dengan pemberian twist. Pemberian twist disertai pula dengan pendinginan filament sehingga terbentuk textured yarn dengan ukuran (sifat) yang diinginkan.
Metode false twist merupakan metode texturing yarn yang umum digunakan dalam industri tekstil, terutama dalam pemintalan serat sintetis (buatan). Metode false twist memiliki tingkat efisiensi antara 90 – 98 %. Prinsip dasarnya, benang filament diberikan puntiran (twist) lalu dipanaskan dengan suhu tertentu. Selanjutnya, benang filament akan tertahan selama waktu tertentu di dalam heater untuk mendapatkan twist permanen. Pada akhirnya, diperolehlah sifat-sifat benang staple pada benang filament tersebut. Sifat-sifat yang dimaksud antara lain, elastisitas, friksi (crimp), dan bulk and cover










ada empat faktor yang berpengaruh dalam metode false twist, yaitu:
1.       Twist
·         Twist adalah pemberian puntiran pada benang filament melalui putaran spindle. Benang bergerak mengelilingi spindle dan berpindah ke bagian luarnya, atau dengan kata lain, benang mengalami penyisipan.
·         Twist benang ini ditentukan oleh perbedaan antara kecepatan spindle dan kecepatan benang. Perbedaan atau rasio ini sifatnya konstan sehingga twist yang dihasilkan sifatnya tetap.
·         Twist yang diberikan haruslah seimbang. Jika terlalu besar, kekuatan tarik dan daya mulur benang akan menurun, selain itu penampang benang akan melonjong. Jika terlalu rendah, jumlah bulu pada permukaan benang akan bertambah dan sifat bulk and cover-nya akan berkurang.
2.      Tegangan benang
·         Tegangan benang yang diberikan tergantung pada perbedaan antara kecepatan rol penarik dan rol penyuap, atau dengan kata lain, perbedaan antara kecepatan delivery roll pada supply package dan feed roll seperti tampak pada gambar sebelumnya di atas.
·         Tegangan benang tidak hanya berpengaruh terhadap nomor benang, namun juga berpengaruh pada kehalusan benang, kekuatan, daya mulur, daya serap zat warna, serta jumlah crimp. Tegangan yang diberikan dapat diukur pada sebelum dan setelah benang diberi twist.
3.      Suhu pemanasan
·         Suhu pemanasan akan berpengaruh pada penetrasi warna saat pencelupan serta terhadap sifat benang lainnya, seperti jumlah bulu pada benang, jumlah crimp, kekuatan, serta daya mulur benang.
·         Suhu yang terlalu tinggi akan berakibat kekuatan tarik benang menurun, jumlah crimp meningkat, dan warna benang menjadi lebih muda. Suhu yang terlalu rendah akan menyebabkan kekuatan tarik benang juga menurun, jumlah crimp ikut menurun, dan warna benang menjadi lebih gelap.
4.      Waktu pemanasan
·         Waktu pemanasan adalah waktu saat benang memasuki dan melewati heater, atau waktu saat benang dipanaskan di dalam heater. Waktu pemanasan akan berpengaruh pada berkurangnya jumlah crimp pada benang.
·         Waktu pemanasan tidak boleh lebih dari 1 detik. Selama benang berada di dalam heater, terjadi perubahan karakteristik benang pada sifat fisiknya. Benang mengalami pemanasan dan twist permanen, serta penarikan rol masuk dan rol keluar dengan kecepatan yang berbeda.
·         Semakin lama waktu pemanasan, densitas benang akan meningkat. Selain itu, semakin lama waktu pemanasan, jumlah crimp yang diberikan pada benang menjadi semakin sedikit. Crimp ketika pemanasan sifatnya belum cukup stabil sebab crimp masih dapat berubah-ubah oleh perlakuan suhu. Apabila waktu pemanasan terlalu lama, akan terjadi pemuaian yang besar. Pemuaian tersebut dapat mengendurkan crimp yang sudah terbentuk sehingga crimp yang sudah ada menjadi berkurang.
·         Ketika pendinginan atau pemantapan, waktu tidak begitu berpengaruh sebab crimp yang dihasilkan sudah cukup stabil.

Proses manufaktur benang tekstur (textured yarn manufacture) bertujuan membuat orientasi serat menjadi lebih rata sehingga daya serapnya terhadap zat warna saat pencelupan menjadi semakin baik. Caranya adalah dengan mengatur jumlah crimp pada texturing yarn. Jumlah crimp dipengaruhi oleh waktu pemanasan (waktu di dalam heater). Crimp yang diberikan juga akan menambah friksi antarserat.


 
Oleh:
No.
Nama
No. Mahasiswa
1.
Natalia Ratnasari
09521016
2.
Ahmad Satria Budiman
09521029

Tidak ada komentar:

Posting Komentar